Manyangiang Sebagai Ritual Pengobatan Suku Dayak Ngaju

MANYANGIANG AS A RITUAL TREATMENT OF DAYAK NGAJU TRIBE

Authors

  • Silvia Arianti UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA
  • Kukuh Wurdianto Universitas PGRI Palangkaraya

DOI:

https://doi.org/10.33084/anterior.v20i2.1658

Keywords:

manyangiang, suku dayak ngaju, ritual

Abstract

Salah satu ritual yang ada pada suku Dayak Ngaju yaitu, nyangiang. Ritual sangiang adalah ritual pengobatan berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (Sahur Bandar) dengan tukang sangiang sebagai mediator, ritual dilaksanakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju khususnya yang beragama Hindu Kaharingan. Adapun yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual Nyangiang dalam kehidupan umat Hindu Kaharingan adalah keyakinan bahwa Raja Bunu dan keturunannya adalah manusia yang tidak kekal dan akan mendiami kehidupan sementara di Pantai Danum Kalunen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, peneliti merupakan instrumen utama terlibat dengan objek yang diteliti dengan memberikan penafsiran pada tahapan dan makna ritual manyangiang sebagai ritual pengobatan suku Dayak Ngaju. Cara-cara penafsiran dan pembahasannya dalam bentuk deskripsi. Prosedur pada penelitian ini, yaitu observasi, pemilihan narasumber penelitian, wawancara, rekonstruksi ritual manyangiang, pengolahan data, analisis data, penyusunan laporan akhir. Tahapan awal pada pengobatan ritual manyangiang ini diawali dengan manyandah, yaitu menerawang atau melihat sebab penyakit serta cara penyembuhannya. Sang penyangiang akan memanggil roh dan merasuki dirinya sehingga dapat melaksanakan manyandah. Setelah selesai menyandah, barulah penyangiang tau penyebab serta cara untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh orang yang minta untuk disangiang. Sebab sakit dan cara penyembuhan sudah diketahui barulah disiapkan alat dan bahan untuk melakukan proses manyangiang dan ditentukan hari untuk pelaksanaan ritual, semua hari boleh kecuali hari selasa. Lama pelaksanaan ritual juga tergantung besar kecil hajat. Biasanya dua sampai tiga hari untuk waktu pelaksanaannya. Proses pelaksanaan sang penyangiang memanggil pemimpin ritual dan membacakan mantra untuk memanggil roh yang membatu mengambil penyakit yang dialami pasien. 

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Silvia Arianti, UNIVERSITAS PGRI PALANGKA RAYA

Kukuh Wurdianto, Universitas PGRI Palangkaraya

References

Batuallo, Salmon. 2015. Peranan Nilai Budaya Masyarakat Dayak Ngaju dalam Memelihara Lingkungan Di Provinsi Kalimnatan Tengah. Palangka Raya: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Tengah.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Hadi, Sumandiyo. 2007. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Balai Pustaka.
Irawati, Eli. 2014. Makna Simbolik Pertunjukan Kelentang dalam Upacara Belian Setiu Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy Kutai Barat Kalimantan Timur. Jurnal Kajian Seni Volume 1 (1): 60-73.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nunun. 2013. Upacara Tradisional Daerah Kalimantan Tengah Bagian II. Palangka Raya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sukiada, Kadek. 2015. Sistem Medis Tradiisonal Suku Dayak dalam Kepercayaan Hindu Kaharingan Di Kota Palangka Raya Provinsi Klaimantan Tengah. Jurnal DHARMASMRTI Volume XIII (26): 52-67.
Suwardono. 2013. Sejarah Indonesia Masa Hindu-Buddha. Yogyakarta: Ombak.
Ricklefs, M.C. 2016. Sejarah Indonesia Modern. Jogjakarta: Gadjah Mada University (UGM) Press.
Riwut, Tjilik. 2007. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan.Yogyakarta: NR Publishing.

Downloads

Published

2021-04-29

How to Cite

Arianti, S., & Wurdianto, K. (2021). Manyangiang Sebagai Ritual Pengobatan Suku Dayak Ngaju: MANYANGIANG AS A RITUAL TREATMENT OF DAYAK NGAJU TRIBE. Anterior Jurnal, 20(2), 56–63. https://doi.org/10.33084/anterior.v20i2.1658