Regenerasi Penari dan Penabuh dalam Seni Reog Obyok di Tanah Laut, Kalimantan Selatan Regeneration of Dancers and Drummers in Reog Obyok Art in Tanah Laut, South Kalimantan

Main Article Content

Putri Dyah Indriyani
Tutung Nurdiyana
Putri Yunita Permata Kumala Sari

Abstract

This study examines the patterns of dancer and drummer regeneration within the Reog Obyok art group in Tanah Laut Regency, South Kalimantan. Regeneration is crucial in the sustainability of traditional performing arts, especially in transmigrant communities facing cultural and social challenges. This research employs a descriptive qualitative approach with data collection techniques such as participatory observation, in-depth interviews, and visual documentation. The findings reveal that the regeneration process occurs informally through a familial approach, the inheritance of oral traditions, and community-based training. However, regeneration faces several challenges, including the low interest of the younger generation, limited facilities, and minimal institutional support. This study emphasizes the importance of strengthening a community-based regeneration system that is adaptive to the local socio-cultural context.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Indriyani, P. D., Nurdiyana, T., & Sari, P. Y. P. K. (2025). Regenerasi Penari dan Penabuh dalam Seni Reog Obyok di Tanah Laut, Kalimantan Selatan: Regeneration of Dancers and Drummers in Reog Obyok Art in Tanah Laut, South Kalimantan. Anterior Jurnal, 24(3), 96–100. https://doi.org/10.33084/anterior.v24i3.10512
Section
Articles

References

Harnoko, H. (2018). Regenerasi dalam Seni Pertunjukan Tradisional. Jakarta: Balai Pustaka.

Nugroho, A. (2021). Transmigrasi dan Identitas Budaya. Yogyakarta: Ombak.

Sedyawati, E. (2010). Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta: UI Press.

Setiawan, B. (2019). “Dinamika Reog Obyok dalam Masyarakat Transmigran.” Jurnal Seni Budaya Nusantara, 5(2), 112–125.

Yin, R. K. (2003). Case Study Research: Design and Methods. London: Sage Publications.

Supanggah, R. (2004). Mengenal Musik Tradisi Nusantara. Surakarta: ISI Press.

Prasetyo, A. (2016). “Pola Regenerasi Seni Tradisi dalam Komunitas Lokal.” Jurnal Humaniora, 28(3), 225–234.

Heryanto, A. (2015). Identitas dan Poskolonialisme dalam Seni. Yogyakarta: Jalasutra.

Yampolsky, P. (2010). “Music and Cultural Rights in Indonesia.” Ethnomusicology Forum, 19(1), 27–49.

Widyastuti, R. (2018). “Partisipasi Komunitas dalam Pelestarian Seni Tradisi.” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 22(1), 14–26.

Sudrajat, A. (2020). “Revitalisasi Kesenian Reog di Era Digital.” Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia, 9(1), 55–66.

Mulyana, D. (2012). Komunikasi Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soedarsono. (1998). Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rohidi, T. R. (2000). Seni, Estetika, dan Pendidikan Seni. Bandung: STSI Press.

Kartomi, M. (2007). Musical Journeys in Indonesia. Urbana: University of Illinois Press.

Atmadibrata, T. S. (2011). “Regenerasi Penari Jaipongan dalam Konteks Urban.” Jurnal Seni Rupa dan Desain, 5(2), 80–91.

Tjahjono, G. (2017). “Transformasi Seni Tradisi dalam Pendidikan Formal.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 22(3), 278–290.

Widiastuti, N. (2019). “Seni Tradisional sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak.” Jurnal Pendidikan Seni, 4(1), 13–24.

Hapsari, R. P. (2021). “Peran Tokoh Adat dalam Regenerasi Budaya Lokal.” Jurnal Sosiologi Nusantara, 7(1), 45–57.

Mahardika, D. (2020). Budaya dalam Pusaran Modernitas. Malang: Intrans Publishing.

Suryadi, A. (2008). “Pemetaan Seni Pertunjukan Tradisional Indonesia.” Panggung, 28(3), 1–12.

Suharto, E. (2009). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Refika Aditama.

Siregar, E. (2015). “Kesenian dan Ketahanan Sosial di Daerah Perbatasan.” Jurnal Ketahanan Nasional, 21(2), 99–112.

Handayani, S. (2018). “Pengaruh Transmigrasi terhadap Dinamika Sosial Budaya.” Jurnal Kependudukan Indonesia, 13(1), 51–64.

Astuti, Y. D. (2016). “Seni dan Identitas dalam Komunitas Transmigran.” Jurnal Antropologi Indonesia, 37(2), 89–103.