Manyangiang Sebagai Ritual Pengobatan Suku Dayak Ngaju
MANYANGIANG AS A RITUAL TREATMENT OF DAYAK NGAJU TRIBE
DOI:
https://doi.org/10.33084/anterior.v20i2.1658Keywords:
manyangiang, suku dayak ngaju, ritualAbstract
Salah satu ritual yang ada pada suku Dayak Ngaju yaitu, nyangiang. Ritual sangiang adalah ritual pengobatan berbagai macam penyakit dengan bantuan roh leluhur (Sahur Bandar) dengan tukang sangiang sebagai mediator, ritual dilaksanakan oleh masyarakat suku Dayak Ngaju khususnya yang beragama Hindu Kaharingan. Adapun yang melatarbelakangi pelaksanaan ritual Nyangiang dalam kehidupan umat Hindu Kaharingan adalah keyakinan bahwa Raja Bunu dan keturunannya adalah manusia yang tidak kekal dan akan mendiami kehidupan sementara di Pantai Danum Kalunen. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, peneliti merupakan instrumen utama terlibat dengan objek yang diteliti dengan memberikan penafsiran pada tahapan dan makna ritual manyangiang sebagai ritual pengobatan suku Dayak Ngaju. Cara-cara penafsiran dan pembahasannya dalam bentuk deskripsi. Prosedur pada penelitian ini, yaitu observasi, pemilihan narasumber penelitian, wawancara, rekonstruksi ritual manyangiang, pengolahan data, analisis data, penyusunan laporan akhir. Tahapan awal pada pengobatan ritual manyangiang ini diawali dengan manyandah, yaitu menerawang atau melihat sebab penyakit serta cara penyembuhannya. Sang penyangiang akan memanggil roh dan merasuki dirinya sehingga dapat melaksanakan manyandah. Setelah selesai menyandah, barulah penyangiang tau penyebab serta cara untuk menyembuhkan penyakit yang dialami oleh orang yang minta untuk disangiang. Sebab sakit dan cara penyembuhan sudah diketahui barulah disiapkan alat dan bahan untuk melakukan proses manyangiang dan ditentukan hari untuk pelaksanaan ritual, semua hari boleh kecuali hari selasa. Lama pelaksanaan ritual juga tergantung besar kecil hajat. Biasanya dua sampai tiga hari untuk waktu pelaksanaannya. Proses pelaksanaan sang penyangiang memanggil pemimpin ritual dan membacakan mantra untuk memanggil roh yang membatu mengambil penyakit yang dialami pasien.
Downloads
References
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Hadi, Sumandiyo. 2007. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Balai Pustaka.
Irawati, Eli. 2014. Makna Simbolik Pertunjukan Kelentang dalam Upacara Belian Setiu Suku Dayak Benuaq Desa Tanjung Isuy Kutai Barat Kalimantan Timur. Jurnal Kajian Seni Volume 1 (1): 60-73.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nunun. 2013. Upacara Tradisional Daerah Kalimantan Tengah Bagian II. Palangka Raya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah.
Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.
Sukiada, Kadek. 2015. Sistem Medis Tradiisonal Suku Dayak dalam Kepercayaan Hindu Kaharingan Di Kota Palangka Raya Provinsi Klaimantan Tengah. Jurnal DHARMASMRTI Volume XIII (26): 52-67.
Suwardono. 2013. Sejarah Indonesia Masa Hindu-Buddha. Yogyakarta: Ombak.
Ricklefs, M.C. 2016. Sejarah Indonesia Modern. Jogjakarta: Gadjah Mada University (UGM) Press.
Riwut, Tjilik. 2007. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan.Yogyakarta: NR Publishing.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
All rights reserved. This publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording.