Gambaran Kadar Hematokrit Pada Penderita Tuberkulosis Paru Yang Mendapat Terapi Obat Anti Tuberkulosis Di Puskesmas Wonorejo Samarinda
Description Of Hematocrit Levels In Patients Pulmonary Tuberculosis Receiving Therapy Anti Tuberculosis Drug In Health Center Wonorejo Samarinda
DOI:
https://doi.org/10.33084/bjmlt.v7i1.7923Keywords:
Tuberkulosis, Terapi OAT, Kadar HematokritAbstract
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Keberhasilan TB dipengaruhi oleh OAT karena salah satu upaya paling efisiensi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut bakteri tuberkulosis, panduan OAT yang digunakan untuk pasien TB dapat menimbulkan kelainan hematologis salah satunya anemia yang terjadi karena mengalami penurunan atau jumlah sel darah merah berada di bawah kisaran normal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar hematokrit penderita tuberkulosis paru berdasarkan usia dan lama pengobatan. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Sampel penelitian adalah serum pasien TB paru yang menjalani terapi OAT di Puskesmas Wonorejo diambil pada tanggal 11 Januari-2 April 2024 sebanyak 17 sampel secara total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar hematokrit rendah berdasarkan usia paling banyak kategori dewasa (26-45 tahun) sebanyak 24% dan normal 17.6%, berdasarkan lama pengobatan didapatkan hasil kadar menurun dan normal seimbang yaitu sebanyak 29.4% pasien fase lanjutan. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita berdasarkan usia dan lama pengobatan dengan kadar hematokrit rendah paling banyak pada usia dewasa dan pada pasien fase lanjutan.
Downloads
References
Chairani, C., Susanto, V., Monitari., S., & Marisa, M. (2022). Nilai Hematokrit pada Pasien Hemodialisa dengan Metode Mikrohematokrit dan Automatik. Jurnal Kesehatan Perintis. 9(1), 89-93.
Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (2023) “Tiga kabupaten dan kota dikaltim tertinggi kasus TBC”.
Fortuna, T, A., Rachmawati, H., Hasmono, D., & Karuniawati, H. (2022). Studi Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Tahap Lanjutan pada Pasien Baru BTA Positif. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. 19(1), 62-71.
Hutauruk, D. S. (2021). Gambaran Nilai Hematokrit Pasien Tuberculosis Pada Pengobatan Obat Anti Tuberculosis Di Puskesmas Di Puskesmas Raya Pematangsiantar. Jurnal Analisis Kesehatan Klinikal Sain. 9(1), 36-46.
Kemenkes RI. (2022). “Melalui Kegiatan INA – TIME 2022 Ke-4, Menkes Budi Minta 90% Penderita TBC Dapat Terdeteksi di Tahun 2024”.
Kemenkes RI. (2022). “Percepat Eliminasi Tuberculosis, Kementerian Kesehatan Bersama Lintas Sektor Melakukan Monitoring Evaluasi Di Provinsi Kalimantan Timur”.
Pralambang, S. D., & Setiawan, S. (2021). Faktor risiko kejadian tuberkulosis di Indonesia. Jurnal Biostatistik Kependudukan Biostatistik,Kependudukan, dan Informatika Kesehatan(BIKFOKES), 2(1), 60-71
Rita, E., & Qibtiyah, S. M. (2020). Hubungan Kontak Penderita Tuberkulosis Terhadap Kejadian Tuberkulosis Paru Pada Anak. Indonesian Journal of Nursing Science and Practice. 3(1), 35-41.
Sari, G. K., & Setyawati, S. T. (2022). Tuberkulosis Paru Post Wodec Pleural Efusion: Laporan Kasus Pulmonary Tuberculosis Post Wodec Pleural Effusion: Case Report. Jurnal Medical Profession (MedPro), 4(2), 174-182.
Sikumbang, R. H., Eyanoer, P. C., & Siregar, N. P. (2022). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA USIA PRODUKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGAL SARI KECAMATSAN MEDAN DENAI. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 21(1).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Rinanda Trianditha, Maulida Julia Saputri, Dini Indriaty Yusran
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
All rights reserved. This publication may be reproduced, stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording.